Persalinan
preterm atau kurang bulan akan membawa konsekuensi bayi yang lahir menjadi bayi
preterm atau bayi kurang bulan (BKB) . Bila terjadi kegagalan adaptasi pada
kehidupan ekstra uterin maka akan terjadi gawat neonatus yang dapat berdampak
kematian atau kecacatan. Bayi cukup bulan (BKB) mempunyai banyak risiko atau
masalah akibat kurang matangnya fungsi organ antara lain Penyakit membran
hialin, asfiksia, perdarahan intrakranial, gangguan neurologik, hipotermia,
gangguan metabolik dan kecenderungan untuk terjadinya infeksi neonatal.
Sedangkan
komplikasi jangka panjang antara lain akan mengakibatkan terjadinya retardasi
mental, gangguan sensori (gangguan pendengaran dan penglihatan, kelainan retina
ROP (retinopathy of prematurity). Upaya yang paling penting adalah mencegah
terjadinya persalinan preterm semaksimal mungkin dengan pemeriksaan antenatal
yang baik, meningkatkan status gizi ibu, mencegah kawin muda dan mencegah serta
mengobati infeksi intra uterin.
Apabila sudah
terjadi ancaman persalinan, maka pemberian steroid antenatal ternyata
menunjukkan bukti medis yang bermakna dalam mematangkan fungsi paru. Apabila
bayi terpaksa lahir sebagai BKB, maka manajemen yang cepat tepat dan terpadu
harus sudah mulai dilaksanakan pada saat antepartum, intrapartum dan postpartum
atau pasca natal. Manajemen intrapartum dengan menerapkan pelayananan neonatal
esensial, manajemen pasca natal dengan strategi neuroprotektif, pencegahan
sepsis neonatorum, pemberian nutrisi adekuat dan perawatan pasca natal lain nya
untuk bayi baru lahir.
Neonatus atau
bayi baru lahir (BBL) merupakan hasil reproduksi yang berhasil dilahirkan oleh
seorang ibu hamil, sebagai suatu makhluk yang “unik“ oleh karena mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin. Di dalam rahim
kebutuhan nutrisi dan oksigen dipenuhi sepenuhnya oleh ibu melalui mekanisme
uteroplasental. Begitu lahir seorang bayi harus mampu melakukan adaptasi agar
bisa bertahan hidup. Kemampuan adaptasi ini sangat tergantung pada maturitas
organ , kondisi janin ( berat lahir, masagestasi ) dan faktor lingkungan (
sebagian adalah faktor ibu ). Proses adaptasi yang tidak berjalan semestinya
dapat mengakibatkan keadaan gawat darurat neonatus yang dapat menjadi pangkal
bencana, karena dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan Bayi preterm atau
bayi prematur atau BKB adalah
bayi yang
dilahirkan ibu pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan variasi berat
lahir, dapat di golongkan kecil untuk masa kehamilan, sesuai untuk masa
kehamilan atau besar untuk masa kehamilan. Tetapi pada umumnya BKB lahir
sebagai bayi berat lahir rendah (BBLR). Sekitar 19% atau kurang lebih 24 juta
pertahun bayi baru lahir sebagai BBLR. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mungkin
menjadi faktor tunggal yang penting dalam kematian neonatal, di samping itu
BBLR juga menjadi determinan yang signifikan untuk angka kematian dan kesakitan
pada masa anak-anak. Kontribusi terbesar kematian pada BBLR adalah
prematuritas, infeksi, asfiksia pada waktu lahir, hipotermia dan gangguan
pemberian minum.
1. Sebagian
besar dari bayi tersebut lahir dari usia kehamilan ibu sangat prematur (BKB),
yaitu antara 23 sampai 33 minggu
2. Tujuan
penulisan ini untuk memaparkan tentang gawat darurat neonatus pada persalinan
preterm, agar dapat diantisipasi dengan kewaspadaan yang tinggi sehingga tidak
terjadi kematian atau gejala sisa atau kecacatan. Faktor yang berhubungan
dengan bayi kurang bulan (BKB) dan bati berat lahir rendah (BBLR) Sangat sulit
untuk membedakan faktor yang berhubungan dengan kurang bulan dan IUGR (intra
uterine growth retardation ) atau janin tumbuh lambat. Hubungan yang kuat dan
positip antara BKB dan BKMK atau janin tumbuh lambat adalah dengan tingkat
sosial ekonomi yang rendah.
3. Di
samping itu kehamilan ganda (kembar) juga sering terjadi pada persalinan
preterm dengan frekuensi sekitar 15 %, Hal hal lain yang sering dihubungkan
dengan persalinan preterm yang berkaitan dengan kesehatan ibu adalah
·
Riwayat persalinan preterm sebelumnya
·
Kadar alfafetoprotein yang tinggi yang tidak
diketahui sebabnya pada trimester ke dua
·
Penyakit atau infeksi yang tidak diobati dengan
baik ( misalnya Infeksi Saluran Kemih infeksi kulit ketuban / amnionitis )
·
Abnormalitas uterus dan serviks
·
Ketuban
pecah dini
·
Plasenta previa
Faktor risiko
terjadinya persalinan preterm antara lain perawatan antenatal yang tidak baik,
status nutrisi ibu yang buruk, ibu muda ( umur kurang dari 18 tahun) dan
penyalahgunaan obat. Masalah Bayi Kurang Bulan
Masalah yang ditemukan pada BKB adalah akibat imaturitas sistem organ.
Biasanya akibat kegagalan adaptasi kehidupan di luar rahim, disebabkan karena
kurang matangnya sistem organ.
1.
Pernapasan: bayi kurang bulan kurang dapat beradaptasi
dengan pergantian gas dan terjadi depresi perinatal di ruang bersalin.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) dapat disebabkan karena defisiensi
surfaktan dan apne dapat disebabkan karena kurang matangnya mekanisme pengaturan
napas. Dilaporkan bahwa BKB juga mempunyai risiko terjadi Bronkhopulmonary dysplasia
(BPD), Wilson Mikity, dan chronic pulmonary insufficiency. Salah satu penyulit
pada BBLR adalah asfiksia karena faktor paru yang belum matang pada bayi BBLR
yang prematur, atau karena distres respirasi (gangguan napas ) pada BBLR yang
kecil untuk masa kehamilannya; sehingga BBLR mempunyai dua risiko yang
mengancam kehidupannya yaitu berat lahir rendah dan asfiksia. Asfiksia adalah kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir yang merupakan gangguan pada janin dan atau pada neonatus yang
berhubungan dengan kekurangan O2 (hipoksia) dan/atau gangguan perfusi (iskemia)
pada berbagai organ Insidens asfiksia
pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu adalah 9%, sedang lebih dari 36
minggu sekitar 0,5% dan menyebabkan kematian 20% kasus. Insidens asfiksia ini
sering dihubungkan dengan palsi serebral.
2.
Neurologik: bayi kurang bulan (BKB) berisiko
mempunyai masalah neurologi akut, seperti perdarahan intra kranial, dan depresi
perinatal. Penyebab utama kelainan atau gangguan neurologis pada bayi baru
lahir adalah ensefalopati iskemik hipoksik (EIH), di samping perdarahan
periventrikular dan intraventrikular yang menyebabkan kelainan neurologis terutama padabayi kurang
bulan. Jejas pada otak yang terjadi pada masa perinatal ini dikenal sebagai
penyebab utama gangguan neurologis berat dan terjadi dampaknya dalam jangka
panjang yang dikenal sebagai palsiserebral (cerebral palsy = CP) pada bayi dan
anak. Palsi serebral ini akibat dari ensefalopati
iskemik hipoksik (EIH). Insidens EIH ini sekitar 1-2 setiap kelahiran bayi
cukup bulan. Pada BKB insidens EIH, kematian dan cacat (palsi serebral) secara
signifikan lebih tinggi dibanding bayi cukup bulan. Manifestasi predominan yang
dikaitkan dengan palsiserebral adalah gangguan gerak yang dapat berupa karakter
spastik, ataksik atau atetoid. Disfungsi motorik ini biasanya disertai gangguan
neurologik lainnya seperti retardasi mental, gangguan visual kortikal dan
kejang.
3.
Kardiovaskular: gangguan yang sering mengalami adalah
hipotensi akibat hipovolemia, misalnya kehilangan volume karena memang
volumenya yang relatip kecil atau gangguan fungsi jantung dan vasodilatasi
akibat sepsis. Kejadian PDA ( patent ductus arteriosus) sering terjadi dan
dapat mengakibatkan terjadi nya gagal jantung kongestif.
4.
Hematologik: khususnya anemia akibat berbagai
macam penyebab dan hiperbilirubinemia
5.
Metabolik: sering terjadi gangguan metabolisme
glukosa dan kalsium, terutama pada BKB dengan gangguan nutrisi, sakit berat
atau gangguan intrauterin.
6.
Nutrisi:
bayi kurang bulan memerlukan perhatian khusus tentang jenis, jumlah dan cara
pemberiannya
7.
Gastrointestinal: prematuritas merupakan risiko terbesar
untuk enterokolitis nekrotikans
8.
Ginjal: imaturitas ginjal ditandai dengan kecepatan
filtrasi glomerulus yang rendah dan ketidak mampuan untuk mengatasi beban air,
kepekatan dan keasaman. Dapat terjadi kesulitan dalam manajemen cairan dan
elektrolit
9.
Pengaturan suhu: BKB cenderung untuk terjadi hipotermi
dan hipertermi
10.
Imunologik: akibat defisiensi respons imun
eluler dan humoral, BKB mempunyai risiko terjadi nya infeksi lebih besar
dibanding bayi cukup bulan 4,5
11.
Oftalmologik: ROP = retinopathy of prematurity
(retinopati akibat prematuritas ) dapat terjadi akibat retina imatur Komplikasi
jangka panjang bayi kurang Bulan Bayi kurang bulan sangat rentan untuk terjadi
beberapa jenis kesakitan. Meskipun beberapa gangguan pada suatu populasi
terhitung kecil, akan tetapi prevalensinya belum jelas. Beberapa penelitian
multisenter yang komprehensip menyajikan beberapa data sebagai berikut,5,6
·
Gangguan perkembangan
ü
cacat mayor: palsi serebral, retardasi mental
ü
gangguan sensori: gangguan pendengaran dan
gangguan penglihatan
ü
disfungsi otak minimal: gangguan bahasa,
gangguan kemampuan belajar, hiperaktivitas, kurangnya perhatian, gangguan
perilaku.
·
Penyakit
paru kronik
·
Retinopathy of prematurity
·
Gangguan pertumbuhan
·
Frekuensi hospitalisasi dan kesakitan pascanatal
meningkat
·
Frekuensi anomali kongenital meningkat
·
Risiko anak terlantar dan ruda paksa pada anak meningkat.
Manajemen bayi kurang bulan
Hal yang paling penting adalah
mencegah persalinan preterm dengan upaya semaksimal atau optimal mungkin dengan
cara,
·
Melaksanakan pengawasan antenatal yang baik dan
teratur
·
Meningkatkan status gizi ibu
·
Menganjurkan menikah pada usia matang (tidak
terlalu muda)
·
Mencegah dan mengobati secara tuntas infeksi
Intrauterin
Bila oleh karena satu dan lain hal, persalinan
tetap harus berlangsung atau terpaksa harus dilakukan terminasi kehamilan
dengan lebih memperhatikan keselamatan ibu, maka pada persalinan preterm dengan
kemungkinan bayi lahir sebagai BKB, maka harus dilakukan upaya preventif dan
promotif yaitu, pemberian obat tokolitik pada ibu dan pemberian terapi
antenatal kortikosteroid Pemberian Terapi Kortikosteroid antenatal. Kortikosteroid
antenatal digunakan untuk membantu perkembangan paru janin. Pada masa
postnatal, kortikosteroid telah digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati
displasia bronkopulmone pada bayi baru lahir. Keuntungan dan risiko terapi ini
harus mempertimbangkan kepentingan pasien.
Terdapat bukti
yang meyakinkan bahwa pemberian kortikosteroid antenatal dapat menurunkan
risiko sindrom distres respirasi, mortalitas dan perdarahan intraventrikular
pada bayi kurang bulan. Percepatan perkembangan paru dengan pemberian
kortikosteroid berakibat penambahan surfaktan alveolar dan jaringan dan
perubahan struktural yang membantu respon terhadap pemberian surfaktan
postnatal. Tahun 1994, National Institutes of Health (NIH) Consensus
Development Conference merekomendasikan pemberian kortikosteroid antenatal pada
wanita hamil yang berisiko mengalami persalinan prematur dalam 7 hari ke depan.
Hal ini berdasarkan pada pengamatan bahwa penurunan RDS terjadi paling banyak
pada bayi yang lahir antara 24 jam dan 7 hari pemberian. Rekomendasi ini
mengarah pada pelaksanaan pemberian rangkaian terapi kortikosteroid jika
kehamilan berlanjut lebih dari 1 minggu, walau tidak ada bukti yang mendukung
hal ini dari penelitian manusia.
Obat yang
sering digunakan adalah betametason dan deksametason, sering disebut
glukokortikoid yang diberikan antenatal untuk memacu pertumbuhan paru janin.
Digunakan pada saat ibu yang dalam keadaan persalinan preterm yang mungkin akan
terjadi dalam waktu 24 - 48 jam kemudian. Hal ini sangat membantu untuk mencegah
terjadinya RDS dan komplikasi lain akibat persalinan preterm. Betametason dan
deksametason memacu paru bayi untuk memproduksi senyawa yang disebut surfaktan
yang berfungsi untuk mengembangkan alveoli paru. Surfaktan akan membasahi
lapisan mukosa paru membuat tegangan negatif agar alveoli berkembang. Pada BKB,
jaringan paru baru memproduksi sedikit surfaktan dengan pemberian obat ini akan
meningkatkan kemampuan untuk bernapas.
Bila BKB
dengan masa gestasi antara 24 dan 34 minggu diharapkan dalam waktu 7 hari bayi
akan lahir, maka betametason atau deksametason diberikan kepada ibu agar dapat
berpengaruh terhadap kematangan paru bayi. Betametason diberikan dalam dua kali
suntikan yang berbeda dalam 24 jam, sedangkan deksametason diberikan setiap 12
jam untuk dosis. Bila persalinan tidak terjadi dalam kurun waktu 7 hari, maka
suntikan dapat diulang. Beberapa data penelitian menyebutkan bahwa tidak ada
manfaat pemberian secara serial, bahkan dijumpai adanya bahaya. Kematangan paru
juga dapat diketahui dengan melakukan tes kocok dengan aspirasi air ketuban
untuk kemudian dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah seorang bayi
memerlukan kortikosteroid antenatal. Banyak bayi yang lahir pada usia 33–34
minggu kehamilan tetapi sudah memiliki kematangan paru yang cukup sehingga
dapat bernapas secara spontan. Manfaat terapi kortikosteroid antenatal Terdapat
banyak bukti berbasis medik yang menyatakan bahwa pemberian antenatal
kortikosteroid dapat meningkatkan outcome pada bayi yang dilahirkan pada usia
24 – 34 minggu . Juga akan lebih bermanfaat bila persalinan terjadi paling
tidak dalam waktu 24 jam sesudah pemberian dosis pertama dan kurang dari tujuh
hari sesudah pemberian obat dosis terakhir. Manajemen intrapartum dan
postpartum Bila bayi sudah lahir atau hampir lahir, maka dilakukan manajemen
sebagai berikut:
1. Manajemen
intrapartum, dengan menerapkan prinsip Pelayanan Neonatal Esensial yaitu, a.
Pertolongan persalinan yang bersih dan aman, kemudian sesuai dengan berat badan
bayi dirawat di bangsal bayi risiko tinggi (BBRT) atau special care = Level 2
b. Tindakan resusitasi dan stabilisasi : dilakukan resusitasi segera dengan
baik dan benar. Tindakan resusitasi sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang
mempunyai kualifikasi, di tempat fasilitas yang memadai. Oksigen yang adekuat
dan suhu yang stabil merupakan salah satu tujuan perawatan pasca natal.
2. Manajemen
bayi baru lahir
a
Stabilisasi suhu
b
Terapi oksigen dan bantuan ventilasi mekanik
c
Bila terjadi patent ductus arteriosus,: diperlukan
terapi konservatif yaitu,
·
Oksigenasi yang cukup, restriksi cairan, diuresis
intermitten.
·
Pada
kasus yang bergejala, pemberian obat antagonis prostaglandin seperti indometasin
mungkin diperlukan
·
Pada beberapa kasus memerlukan terapi pembedahan
berupa ligasi.
3. Terapi
cairan dan elektrolit: harus diperhatikan kemungkinan terjadinya kehilangan
insensible water loss yang tinggi dan harus memperhatikan dengan benar hidrasi,
kadar glukosa darah, kadar elektrolit plasma.
4. Asupan
gizi: pada BKB kemampuan menghisap dan menelan sangat terbatas, di samping
adanya intoleransi beberapa minuman, mungkin diperlukan pemberian minum melalui
pipa lambung atau bahkan pemberian nutrisi parenteral.
5. Hiperbilirubinemia: sangat sering terjadi pada
bayi yang sangat kecil. Biasanya dapat dikelola dengan efektip dengan cara
memantau kadar bilirubin dan terapi sinar /fototerapi. Pada beberapa kasus
mungkin diperlukan transfusi tukar.
6. Infeksi
dan sepsis: BKB sangat rentan untuk terjadinya infeksi dan sepsis. Pada BKB
dengan BBLR yang dicurigai mengalami sepsis perlu diberikan antibiotik dengan
spektrum yang luas. Bagi bayi yang sering mengalami beberapa prosedur klinik,
cara asepsis perlu ditingkatkan. Panduan manajemen sepsis pada bayi kurang
bulan
a
Bayi kurang bulan dengan gejala klinis dan ibu
mendapat terapi antibiotik antepartum, • Periksa biakan darah • Beri pengobatan
• Nilai ulang setelah 72 jam • Secara umum lanjutkan antibiotik sampai dengan
10 hari pengobatan. Dapat dipertimbangkan untuk menghentikan antibiotik bila
biakan negatif atau tidak terdapat gejala sepsis secara klinis • Bila gejala
dan tanda berlanjut dan atau muncul tanda infeksi baru, ini merupakan indikasi
untuk melanjutkan antibiotik.
b
Bayi kurang bulan, dengan gejala klinis tetapi
ibu tidak mendapat terapi antibiotik pada antepartum • Periksa kultur • Beri
pengobatan • Nilai ulang setelah 72 jam • Berikan pengobatan penuh selama 10
hari bila kultur darah positif dan 14–21 hari bila kultur cairan serebrospinal
positif.
c
Bayi kurang bulan, tanpa gejala klinis dan ibu
mendapat terapi antibiotika antepartum: • Periksa biakan • Beri pengobatan •
Nilai ulang setelah 72 jam • Hentikan antibiotik bila bayi tanpa gejala klinik
sepsis dan hasil biakan negatif
d
Bayi kurang bulan, tanpa gejala klinis dan ibu
tidak mendapat terapi antibiotik antepartum • Tidak dilakukan septic work up
atau pengobatan bila bayi dengan berat lahir > 1250 gram dan umur gestasi 30
minggu • Untuk bayi berat lahir < 1250 gram dan gestasi 30 minggu - Periksa
kultur - Berikan pengobatan - Nilai ulang setelah 72 jam - Hentikan antibiotik
bila bayi tanpa gejala klinik sepsis dan hasil biakan negatif.
7. Manajemen
mencegah gejala sisa
A.
Pengelolaan yang utama adalah pencegahan. Tujuan
utama adalah mengidentifikasi janin yang mudah atau cenderung mengalami
iskemik-hipoksik oleh karena proses persalinan dan kelahiran.
B.
Resusitasi segera. Semua bayi baru lahir yang
mengalami apne saat lahir harus diresusitasi segera karena tidak dapat
ditentukan apakah bayi mengalami apne primer atau sekunder. Langkah-langkah
resusitasineonatal sebagai berikut,
I.
Mempertahankan ventilasi adekuat.
II.
Mempertahankan oksigenasi adekuat (pO2 >40
pada bayi prematur dan pO2 > 50 pada bayi cukup bulan)
III.
Mempertahankan perfusi adekuat.
IV.
Mengkoreksi asidosis metabolik dengan penggunaan
ekspansi volume secara hatihati dengan tujuan utama menyokong perfusi jaringan
V.
Mempertahankan kadar serum glukosa normal (~
75-100 mg/dl)
VI.
Mengendalikan kejang a. Fenobarbital adalah obat
pilihan. Pemberian fenobarbital dilanjutkan sampai pemeriksaan EEG normal dan
tidak ada kejadian kejang selama > 2 bulan. Keuntungan terapi profilaktik
masih kontroversial. Fenobarbital dosis tinggi (40 mg/kg) menurunkan insidens
kejang dan memperbaiki keluaran neurologik saat 3 tahun pada bayi cukup bulan
yang pernah mengalami asfiksia. b. Jika kejang terus berlanjut melewati kadar
terapeutik fenobarbital, dapat digunakan lorazepam dan fenitoin.
VII.
Mencegah edem otak. Dasar pencegahan
pembengkakan otak yang serius adalah menghindari kelebihan cairan. Dilakukan
restriksi cairan moderat (60 ml/kg). Jika terjadi edem otak berat, dilakukan
restriksi cairan 50 ml/kg. Awasi tanda SIADH (sindrom inappropriate anti
diuretic hormone). Tidak direkomendasikan penggunaan glukokortikoid dan obat
osmotik. Terapi terbaru dimaksudkan untuk mencegah kematian neuron saat
asfiksia terjadi dikenal sebagai strategi neuroproteksi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada strategi untuk neuroproteksi adalah,
·
Data dari penelitian pada model bayi hewan
menunjukkan bahwa kerusakan otak dapat diredakan, jika terapi segera dilakukan
setelah kejadian hipoksik/iskemik
·
Durasi
dari jendela terapi ini bervariasi di antara spesies; derajat kerusakan otak
dapat ringan bila terapi dimulai dalam 6 jam setelah kejadian hipoksik/iskemik.
Diperkirakan terdapat waktu 6- 12 jam setelah kejadian asfiksia dimana pemberian
agen neuroprotektif dapat menurunkan atau mencegah kerusakan otak Mencegah
kerusakan otak tergantung dari status awal otak janin. Menekan metabolisme serebral secara
keseluruhan dan penekanan agen neurotoksik spesifik yang ditargetkan.
Ringkasan
·
Bayi kurang bulan mempunyai risiko tinggi
terhadap kematian dan kecacatan akibatan kegagalan dalam adaptasi ke kehidupan
ekstra uterin.
·
Proses
adaptasi yang tidak berjalan semestinya dapat mengakibatkan keadaan gawat
darurat neonatus yang menjadi pangkal bencana, karena dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan.
·
•Faktor –faktor yang mempengaruhi persalinan
preterm atau BKB baik yang berasal dari faktor ibu, janin, maupun lingkungan.
·
Masalah
yang sering dijumpai oleh BKB dapat terjadi pada berbagai sistem organ vital,
antara lain asfiksia neonatorum, RDS, infeksi, perdarahan intrakranial, PDA,
enterokolitis nekrotikans, hipotermia, gangguan nutrisi, gangguan metabolik dan
gangguan optalmologik berupa retinopati akibat prematuritas.
·
Komplikasi jangka panjang BKB berupa gangguan
perkembangan baik cacat mayor maupun gangguan perilaku antara lain, retinopati
akibat prematutrity, penyakit paru kronik, gangguan pertumbuhan, perawatan dan
kesakitan pasca natal meningkat, kelainan anomali kongenital meningkat, risiko
peningkatan anak terlantar dan ruda paksa pada anak.
·
Manajemen yang paling penting dan utama adalah
pencegahan terjadinya persalinan preterm.
·
Terapi antenatal steroid dianggap memberi
manfaat dalam pematangan fungsi paru.
·
Tindakan resusitasi, pemberian cairan dan
elektrolit dan asupan gizi yang cukup serta pengobatan infeksi dan sepsis harus
dilakukan segera dengan cara yang benar.
·
Pencegahan gejala sisa neurologis harus segera
diantisipasi dengan strategi neuroproteksi.
Daftar Pustaka
Buku Panduan Manajemen Masalah
Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar.
Adaptasi Draft WHO.Kerjasama UKK Perinatologi IDAI – Departemen Kesehatan RI –
MNH-JHPIEGO, Eds . Kosim MS, Surjono A, Setyowireni D, Jakarta , 2004.
Campbell N.Low Birth Weight
Babies. Didapat dari: http:// hnb.dhs.vic.gov.au/commcare/yafs , diunduh
tanggal 2003
Stoll BJ, Kliegman RM. The fetus
and the neonatal infant. Dalam : Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, penyunting.
Nelson’s Text Book of Pediatrica. Edisi keenambelas. Philadelphia: W.B.
Saunders Company; 2000. h. 474 – 95
Smith JF. Prematurity. Available
in: http://www. chclibrary.org/ .prematurity\htm. Diunduh tanggal 15 Maret
2005.
Pursley DW, Cloherty JP.
Identifying the high risk newborn and evaluating gestational age, premaruruty,
post maturity. Dalam Cloherty JP, Stark AR, penyunting. Manual of neonatal
care, Edisi keempat. Boston: Lippincott Raven; 1998. h. 38 -51
Snyder EY, Cloherty JP. Perinatal
Asphyxia. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal Care,
Edisi keempat. Boston: Lippincott Raven; 1998. h. 515 -21
Perlman JM. Intrapartum Hypoxic
Ischemic Cerebral Injury and Subsequent Cerebral palsy : Medico legal issues. Pediatrics,
1999; 99:851-9.
Gomella TL, Cunningham MD, Eyal
FG, Zenk KE. Perinatal Asphyxia. Dalam: Neonatology, Edisi keempat. Lange
Medical Book, New York: 1999. h. 480 - 9
Yu VYH, Monintja HE, Amir I.
Asfiksia Perinatal . Dalam: Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta,1977. h. 129 – 45
Paclac Manual guideline. Post
asphyxia management. Didapat dari: http://www.paclac.org/Manuals_Guidelines/ Post-Asphyxia
Management of the Neonatea/pdf
Stark AR.Use of antenatal dan
postnatal steroids. Dalam: Rao MN, Sagar DV and Fernandez A, penyunting. Recent
advances in neonatology. Edisi pertama. New Delhi: Jaypee Brothers; 2004. h. 1-6
Kathe Gallagher, MSW . Antenatal
corticosteroids for fetal lung development. Didapat dari: http://www.sentara.
com
Moses S. Neonatal sepsis in
family practice notebook. Didapat dari: http://www.fpnotebook.com/NC45.htm
Sutomenggolo TS, Ismael S. Asfiksia dan trauma
perinatal. Dalam: Buku Ajar Neurologi Anak. Penyunting: Sutomenggolo TS, Ismael
S. Edisi I, BP IDAI, Jakarta, 1999. h. 307 – 33
15. Papile LA. Recent concepts in
management of hypoxic ischemic encephalopathy. Dalam: Rao MN, Sagar DV and
Fernandez, penyunting. A Recent advances in neonatology. Edisi pertama. New
Delhi: Jaypee Brothers; 2004. h. 72-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar