tahu sedikit

TAHU SEDIKIT

Laman

Selasa, 04 Oktober 2016

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

           Orang yang mengalami gangguan jiwa biasanya identik dengan berbicara sendiri atau tertawa sendiri. Anda pun pasti berpikir demikian bukan ? Tahukah Anda kenapa gangguan jiwa identik seperti itu ? Tepat sekali, karena yang masyarakat awam tahu bahwa yang namanya gangguan jiwa itu adalah bicara dan tertawa sendiri, sehingga tidak jarang kalau orang yang mengalami gangguan jiwa namun belum sampai pada tahap tersebut (bicara dan tertawa sendiri) tidak dibawa ke rumah sakit jiwa. Oleh karena itu kasus gangguan jiwa terbanyak adalah dengan gejala bicara dan tertawa sendiri, yang disebut dengan Halusinasi.

 A.Pengertian Halusinasi
         
             Menurut Mary C TowsendHalusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola stimulus baik dari internal maupun eksternal yang dihubungkan dengan suatu kekurangan berlebih - lebihan, distori / kegagalan berespon terhadap setiap stimulus. Sementara menurut Budi Anna Keliat, Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan, artinya individu mendengar bisikan - bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar dan orang lain tidak mendengarnya. W.F Maramis berpendapat bahwa Halusinasi adalah penerimaan atau tanggapan pada panca indra seorang klien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik, ataupun histerik. Sementara Rasmun berpendapat bahwa Halusinasi adalah pengalaman atau kesan sensori yang salah terhadap stimulus sensori.
B.   Psikodinamika
1.    Etiologi



 
Tahukah Anda apa penyebab dari halusinasi ? Awalnya klien yang mengalami halusinasi sering melamun dan berangan-angan akibat dari kegagalan yang berulang-ulang, sehingga klien berada dalam situasi yang penuh dengan stress. Sering melamun dan berangan-angan inilah yang menyebabkan klien sering mengalami halusinasi.
Menurut Anda, apa tanda dan gejala dari klien yang mengalami halusinasi ?
Berikut ini akan di uraikan tentang tanda dan gejala pada klien dengan halusinasi, yaitu : Berbicara dan tertawa sendiri, Mengatakan mendengar sesuatu, Merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, Tidak dapat memusatkan perhatian, Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, curiga dan bermusuhan, Menarik diri, menghindari orang lain, Sulit membuat keputusan, Mudah tersinggung, jengkel dan marah, Muka merah kadang - kadang pucat, Ekspresi wajah tegang.
2.    Proses Terjadinya Halusinasi
Tahukah Anda bahwa halusinasi memiliki 4 (empat) fase ? Dibawah ini akan diuraikan fase-fase halusinasi, yaitu :
       1)        Fase pertama : Menyenangkan Kecemasan tingkat sedang, secara umum halusinasi menyenangkan.Karakteristik : Orang yang menderita Halusinasi mengalami peningkatan emosi, seperti cemas, kesepian, merasa bersalah, dan perasaan takut serta mencoba untuk berfokus pada kenyamanan untuk mengurangi kecemasannya. Perilaku yang dapat diobservasi adalah: Menyeringai / tertawa tidak pada tempatnya, Penggerakan bibir tanpa menimbulkan suara, Pergerakan mata dengan cepat, Diam membisu
2)   Fase kedua : Menyalahkan
                    Kecemasan tingkat berat, secara umum halusinasi menjadi ancaman. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi ancaman yang menakutkan. Orang yang menderita halusinasi mulai merasakan hilang kontrol dan mulai menjauhi diri dari sumber yang ada. Orang tersebut merasakan kebingungan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi adalah :
a)  Meningkatnya saraf - saraf otonom, tanda - tanda kecemasan seperti meningkatnya tekanan darah, respirasi, dan ritrne jantung.
b)    Bentuk perhatian mulai terbatas dan menyempit.
c)  Asyik sendiri dengan pemgalaman sensori dan hilanganya kemampuan untuk membedakan halusinasi dan realita.
3)    Fase Ketiga : Mengendalikan
Kecemasan tingkat berat, secara umum halusinasi menjadi penguasa. Karakteristik : Orang yang mengalami halusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Bentuk halusinasi menjadi suatu kebutuhan. Orang tersebut dapat mengalami hidup menyendiri jika penngalaman sosialnya berakhir. Perilaku yang dapat diobservasi adalah :
a)    Petunjuk yang berasal dari halusinasinya akan diikuti.
b)    Kesulitan bersosialisasi dengan orang lain.
c)    Perhatiannya hanya beberapa menit atau detik.
d) Gejala fisik dari kecemasan berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
4)    Fase keempat: Menaklukan
Kecemasan tingkat panik Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori dapat menjadi ancaman ketika orang tersebut tidak mengikuti perintah. Halusinasi dapat berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik.
Perilaku yang dapat diobservasi adalah :
a)    Bentuk teror seperti panik.
b)    Potensial kuat untuk bunuh diri atau pembunuhan.
c)    Aktivitas fisik yang mengarah pada bentuk halusinasi seperti agitasi, tindakan kekerasan, menarlk diri atau katatonia
d)    Tidak dapat berespon terhadap pengarahan atau petunjuk yang kompleks.

3.    Jenis - jenis Halusinasi
Setelah Anda mempelajari fase-fase halusinasi, sekarang Anda akan dijelaskan tentang jenis-jenis halusinasi yang terdiri dari 5 (lima) jenis halusinasi, yaitu :
a.  Halusinasi pendengaran atau auditori
Klien  mendengar  suara  -  suara  dan  bunyi   yang  tidak berhubungan dengan stimulus yang nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b.  Halusinasi penglihatan atau visual
Pasien melihat gambar yang jelas atau samar - samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
c.   Halusinasi penciuman atau olfaktori
Pasien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d.  Halusinasi pengecapan atau gustatory
Pasien merasa makan sesuatu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihat pasien makan sesuatu yang nyata.
e.   Halusinasi perabaan atau taktil
      Pasien mengalami rasa sakit atau tidak enak pada stimulus yang nyata dan orang lain tidak merasakannya.
4.         Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan gangguan sensori : Halusinasi adalah: Perilaku kekerasan, Gangguan proses informasi, Alam perasaan abnormal, Kurang Percaya Diri, Rasa bermusuhan, Kehilangan motivasi.

 C.       Rentang Respon
Rentang respon klien dengan halusinasi dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon. Adapun rentang respon yang terjadi pada klien yang mengalami gangguan sensori persepsi halusinasi, dari adaptif sampai maladaptif adalah sebagai berikut:
1.    Perubahan proses pikir
Klien yang terganggu pikirannya sering berperilaku keheren.
2.    Perubahan pola persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon terhadap rangsangan dari luar, kemudian diikuti oleh pengalaman dan pemahaman tentang orang, benda ataupun lingkungan. Perubahan pola persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih bagian tubuh yaitu pendengaran, pengecapan, penglihatan, perabaan, dan penciuman.
3.    Perubahan pola efek dan emosi
Efek berkaitan dengan emosi tubuh individu, perubahan efek terjadi karena pasien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu. Perubahan efek yang biasa terjadi adalah datar, tumpul, tidak sesuai, bcrlebihan, dan ambivalen.
4.    Perubahan Motorik
Perilaku motorik dapat dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan kegiatan motorik atau impulsive.
5.    Perubahan sosial
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan interaksi. 

D.    Asuhan Keperawatan
Setelah Anda mempelajari tentang konsep halusinasi, sekarang Anda akan mempelajari Asuhan Keperawatan pada klien dengan halusinasi. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap klien halusinasi, seorang perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal dan menerima serta mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menempatkan dirinya sebagai Therapeutik. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap klien dengan halusinasi, perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka, dan selalu memberi penghargaan, tetapi tidak boleh tenggelam, juga menyangkal halusinasi yang klien alami. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.
1.    Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini perawat menggali faktor - faktor seperti faktor Predisposisi dan faktor Prespitasi, Manifestasi perilaku dan Mekanisme koping.
a.    Faktor Predisposisi
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Hal ini dapat diperoleh baik dari klien maupun dari keluarganya mengenai faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, biologi yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress :
              1)    Faktor Perkembangan
               Jika seseorang mengalami hambatan dengan tugas perkembangan                 dan hubungan interpersonal dengan orang lain terganggu,
                 makaindividu akan dihadapi dengan stress dan kecemasan pada                    dirinya. 

2)    Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor yang ada dilingkungan dan dimasyarakat dapat menyebabkan orang merasa diasingkan atau disingkirkan, sehingga klien merasa kesepian dalam lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan yang ramai.
3)    Faktor Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ganggtian jiwa dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamine neurotransmiter yang diperkirakan menghasilkan gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan sehingga dapat menghasilkan zat halusinogen.
4)    Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan stress dan kecemasan, orang yang mengalami psikososial akan mengakibatan dan menghasilkan hubungan yang penuh dengan kecemasan tinggi. Peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realita.
5)    Faktor Biologi
Dalam schizoprenia belum diketahui gen yang berpengaruh, tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b.    Faktor Presipitasi
1)  Biologis
Stressor Biologis yang berhubumgan dengan respon neurobiologik yang maladaptif termasuk :
a)  Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi.
b)    Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk pada otak yang akan mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menggapai rangsangan.
2)    Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3)    Pemicu Gejala
Pemicu merupakan stimulus yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku klien. c.    Manifestasi
1)    Perilaku
Respon klien terhadap halusinogen dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, ancaman, dirinya atau orang lain. Oleh karena itu aspek penting dalam melaksanakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan   klien   tidak   menyendiri   sehingga   klien   selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung,
2)    Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya menyelesaikan masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dalam menghadapi rasa cemas. Pada halusinasi biasanya digunakan mekanisme proyeksi yang dapat memberikan kemampuan pada ego untuk mengatasi rangsangan yang mengancam dari luar sehingga mengurangi kecemasan.
2.    Diagnosa Keperawatan
Stuart and  Sundeen  mengatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan yang mencakup baik respon sehat adaptif serta stressor yang menunjang.
b.    Diagnosa Keperawatan
1)        Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Lihat
2)        Resiko Perilaku Kekerasan
3)        Isolasi Sosial

3.    Perencanaan Keperawatan
a.        Diagnosa: Gangguan sensori persepsi; halusinasi Lihat
Tujuan umum = klien dapat berinteraksi  dengan  orang  lain  sehingga terjadinya halusinasi
Tujuan khusus:
(1)   Klien dapat membina hubungan saling percaya
a.     Sapa klien dengan ramah;
b.   Perkenalkan diri dengan sopan;
c.     Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien;
d.   Jelaskan tujuan pertemuan;
e,   Jujur dan menempati janji;
f.     Tunjukkan sifat empati; dan
g.    Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.
(2)   Klien dapat mengenal halusinasinya
a.     Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap;
b.    Observasi tingkah laku klien dengan halusinasinya;
c.     Bantu klien mengenal halusinasinya; dan
d.    Diskusikan dengan klien mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.
(3)   Klien dapat mengontrol halusinasinya
a.     Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi;
b.    Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian
c.     Diskusikan cara memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi; dan
d.  Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan yang ada diruang perawatan seperti TAK.
(4)   Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya.
a.     Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika halusinasi timbul dan
b.  Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung) tentang gelaja halusinasi dan cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi
(5)   Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
a.     Diskusikan  dengan keluarga tentang  dosis,  frekuensi  obat  dan manfaat obat;
b.   Anjurkan klien untuk meminta sendiri  obat pada perawat dan merasakan manfaatnya;
c.     Anjurkan klien bicara pada dokter tanpa konsultasi;
d.   Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi; dan
e.     Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.
4.    Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Budi Ana Keliat, Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan oleh perawat dengan mencatat pelaksanaan rencana keperawatan, menggunakan   strategi pelaksanaan (SP) yang terdiri dari SPI, SP2, SP3, SP4, pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi.  Tindakan keperawatan SP1 terdiri dari : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis halusinasi, mengidentifikasi isi halusinasi, mengidentifikasi waktu halusinasi, mengidentifikasi frekwensi halusinasi, mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi, mengidentifikasi respon ketika halusinasi, mengajarkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara menghardik, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
SP2 terdiri dari : mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajarkan cara mengendalikan halusinasi dengan dengan cara bercakap-cakap, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Tindakan keperawatan SP3 yaitu : mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajarkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. SP4 terdiri dari : mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajarkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara minum obat, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Sementara itu terapi psikofarmaka yang diberikan adalah Haloperidol     3 x 5 mg, Trihexypenidyl 3 x 2 mg, CPZ         3 x 1.000 mg
5.    Evaluasi Keperawatan
Adapun hasil akhir atau evaluasi yang diharapkan dari klien dengan halusinasi setelah dilakukan implementasi adalah sebagai berikut :
Bahwa klien dapat :
a)       Menjelaskan waktu dan tempat terjadinya halusinasi;
b)      Menyebutkan saat terjadinya halusinasi;
c)       Membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata;
d)      Memilih cara untuk mengatasi halusinasinya;
e)       Berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa curiga;
f)       Berespon sesuai dengan stimulasi dari luar dirinya; dan
g)      Pasien tidak mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2006). Kurikulum DIII Keperawatan. Jakarta : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Depnaker dan Transmigrasi RI. (2007). Penetapan SKKNI Jasa Kesehatan Sub Sektor Jasa Pelayanan Kesehatan Bidang Perawatan. Jakarta : Depnaker dan Transmigrasi RI

Keliat, dkk. (2006). Modul Basic Course – Community Mental Health Nursing. Jakarta : FIK UI – WHO

_________ . (2006). Modul Intermadiate Course – Community Mental Health Nursing Tahap 3. Jakarta : FIK UI – WHO

_________ . (2006). Modul Model Praktek Keperawatan Proffesional. Jakarta : FIK – UI

Keliat dan Akemat. (2003). Terapi Aktifitas Kelompok Dalam Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Ana. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas. (1998). Kumpulan Makalah Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa : Kiat Komunikasi Terapeutik. Jakarta : FIK – UI

NANDA I. (2007). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2007 – 2008. Philadelphia : NANDA International

Rawlins and Heacock. (1993). Critical Manual of Psychiatric Nursing. Second edition. St Louis : Mosby Year Book
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADA
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar