Pernahkah anda melihat seorang wanita
cantik mengalami kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan mobil mewahnya, yang
mengakibatkan wanita cantik tersebut mengalami luka pada wajahnya sehingga
wajahnya rusak dan juga terjadi fraktur pada lengan kananya. Wanita cantik
tersebut dirawat disuatu Rumah Sakit. Pada saat dibezub oleh sahabat-sahabat
dekatnya wanita cantik tersebut tidak mau melihatkan wajahnya, sering
menundukan kepala, tidak mau berkomunikasi karena malu dengan keadaan yang dialaminya.
Dari ilustrasi tersebut diatas wanita
tersebut diatas mengalami masalah Harga Diri Rendah. Untuk lebih memahami
tentang Harga Diri Rendah maka pada buku unit 3 ini akan membahas asuhan
keperawatan Jiwa Gangguan mental Pskiatri Tentang : Harga Diri Rendah.
Buku
unit 3 ini membahas tentang :
Pengertian,
Psikodinamika terdiri dari : etiologi, proses, dan kompliksi. Rentang Respon,
Asuhan Keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
Keperawatan.
A. PENGERTIAN
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai
dengan cara menganalisis seberapa banyak kesesuain tingkah laku dengan
kesesuain ideal dirinya (susilawati Skp, M. Kes dkk hal 92).
Harga diri adalah : keadaan dimana individu mengalami atau
berisiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan atau diri
(Carpeneto 2001)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri negative yang dapat dideskripsikan secara langsung maupun
tidak langsung diekspersikan. ( marry. C. towsend 2000).
Harga diri rendah kronik adalah : keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri negative mengenai diri atau kemampuan dalam waktu yang
lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat.
Gangguan harga diri rendah bisa terjadi secara
1. Situasional
Adalah : terjadi trauma
secara tiba-tiba seperti :
-
Harus operasi, kecelakaan.
-
Dicerai suami, putus sekolah
-
Putus hubungan kerja, perasaan malu karena terjadi sesuatu.
Klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah adalah :
a. Privacy yang kurang diperhatikan
Misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan alat yang
tidak
sopan.
b.
Harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena di rawat.
c.
Perlakuan
petugas yang tidak menghargai
Misalnya : Pemeriksaan yang tidak ada
penjelasan.
2. Kronik
Tanda dan gejala yang dapat
dikaji adalah :
1.
Perasaan malu
terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
- Rasa bersalah
terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat
- Gg hubungan sosial
spt menarik diri
5. Percaya diri kurang sulit mengambil keputusan
6. Menciderai diri.
B. PSIKODINAMIKA
1. Etiologi
Gangguan
harga diri dapat di gambarkan sebagai perasaan yang negative
terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan, merasa gagal mencapai keinginan.
Harga diri rendah kronik diakibatkan sering merasa gagal
dalam men
Gadapi
kehidupan dan berpandangan negative terhadap dirinya dimana koping klien tidak
efektif sehingga klien mempunyai perasaan malu terhadap diri sendiri akibat
penyakit dan akibat terhadap tindakan rasa bersalah terhadap diri sendiri
merendahkan martabat sehingga klien mengalami gangguan hubungan sosial seperti
menarik diri
Tanda dan gejala klien yang mengalami haraga
diri rendah:
-
Perasaan malu
terhadap diri sendiri.
-
Akibat penyakit
dan akibat terhadap tindakan
-
Rasa bersalah
terhadap diri sendiri
-
Merendahkan
martabat
-
Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
-
Percaya diri
kurang sulit mengambil keputusan
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situsional yaitu
terjadi trauma secara tiba – tiba missal harus operasi, kecelakaan, dicederai
suami atau istri putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu terjadi
( korban perkosaan, tuduhan KKN, dipenjara tiba – tiba ).dan
apabila berlangsung lama akan menjadi kronik yaitu perasaan negative terhadap
diri yang telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau sebelum dirawat.
Klien memiliki cara berfikir yang negative. Terjadiny aharga diri rendah secara
kronik pada klien yaitu pada masa dewasa akhir karena kehilangan pasangan yang
dicintai secara traumatis dan kehilangan peran sebagai wanita ( stuart dan
sundeen 2000)
1. Komplikasi
C. RENTANG RESPON
Rentang respon
konsep diri terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut adalah :
- Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dapat diterima.
- Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negative.
- Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dri orang lain.
- Kerancuan identitas adalah kegagalan indifidu menginterprestasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial keperibadian pada masa dewasa yang harmonis.
- Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
D. ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap
klien harga diri rendah kronik, seorang perawat hams mempunyai kesadaran yang
tinggi agar dapat mengenal dan menerima serta mengevaluasi perasaan sendiri
sehingga dapat dirinya sebagai Therapeutik. Pemberian Asuhan Keperawatan
terhadap klien dengan harga diri rendah kronik
perawat harus bersikap jujur, empati, tcrbuka, dan selalu memberi
penghargaan, tetapi tidak boleh tenggelam, juga menyangkal halusinasi yang kita
miliki. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.
1.
Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini perawat menggali faktor - faktor seperti factor
Predisposisi dan faktor Prespitasi, Manifestasi perilaku dan Mekanisme koping.
a. Faktor
Predisposisi
Berbagai factor yang menunjang terjadinya
perubahan dalam
harga diri seseorang adalah sebagai berikut :
1) Faktor Perkembangan
Jika seseorang
mengalami hambatan dengan tugas perkembangan dan hubungan interpersonal dengan
orang lain terganggu, maka individu akan dihadapi dengan stress dan kecemasan
pada dirinya.
2) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor yang ada dilingkungan dan dimasyarakat dapat
menyebabkan orang merasa diasingkan atau disingkirkan, sehingga klien merasa
kesepian dalam lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan
yang ramai.
3) Faktor
Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
ganggtian jiwa dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari
dopamine neurotransmiter yang diperkirakan menghasilkan gejala peningkatan
aktifitas yang berlebihan sehingga dapat menghasilkan zat halusinogen.
4) Faktor
Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan
stress dan kecemasan, orang yang mengalami psikososial akan mengakibatan dan
menghasilkan hubungan yang penuh dengan kecemasan tinggi. Peran ganda yang
bertentangan dan sering
diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realita.
5) Faktor
Biologi
Dalam schizoprenia belum diketahui gen yang berpengaruh, tetapi
hasil penelitian menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor
Presipitasi
Stressor merupakan
pencetus yang ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal adalah :
1)
Trauma seperti penganiayaan fisik dan psikologis atau penyiksaan
kejadian yang mengancam kehidupan.
2) Stress lingkungan Secara
biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau
posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai prustasi.
Ada
tiga Jenis transisi peran yaitu :
a. Transisi peran
perkembangan adalah perubahan normative yang berhubungan denganpertumbuhan. Ini
termasuk tahap perkembangandalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian
diri.
b. Transisi peran
situasi terjadi dengan pertambahan atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
c.
Transisi peran
sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit.
Transisi ini mungkin di cetuskan :
- Kehilangan anggota tubuh.
- Perubahan ukuran, bentuk,
penampilan dan fungsi tubuh.
- Perubahan fisik
berhubungan dengan tumbuh kembang
normal.
- Prosedur medis dan
perawatan.
c. Manifestasi
1)
Perilaku
Individu dengan harga diri rendah akan menunjukan prilaku seperti
mengkritik diri sendiri dan orang lain, gangguan berhubungan dengan orang lain
, menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah persepsi negative
terhadap diri sendiri, serta kurang percaya diri.
a. Prilaku yang
berhubungan dengan hargadiri rendah adalah mengkritik diri sendiri, orang lain,
penurunan aktifitas, destruktif Prilaku yang berhubungan dengan kerancuan
identitas
b. Tidak ada kode
moral, sifat keperibadian yang bertentangan, hubungan interpersonal
eksploratif, perasaan hampa, perasaan yang diarahkan dengan oranglain.
mengambang tentang diri sendiri, menarik diri secara social,
penyalahgunaan zat, menarik diri dari
realitas, kwatir.
c. Prilaku yang
berhubungan dengan depersonalisasi adalah terganggunya, apektif, kognitif,
prilaku, sumber-sumber koping.
2)
Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk mekanisme koping jangka pendek mekanisme
koping jangka panjang dan mekanisme koping ego yang sering digunakan klien
dengan harga diri rendah kronik.
a.
Mekanisme
koping jangka pendek adalah :
- Aktivitas yang
dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas misalnya konser
music, bekerja keras, menyanyi.
- Aktifitas yang
dapat memberikan identitas penggantian sementara, misalnya ikut dalam aktifitas
social, agama, ikit club, politik.
-
Aktivitas yang
sementara menguatkan perasaan diri, misalnya olah raga.
-
Aktivitas yang
mewakili upaya jangka pendek untuk
membuat masalah, identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
individu, misalnya penyalahgunaan zat.
b.
Mekanesme
koping jangka panjang adalah :
- Penutupan
identitas, terlalu menutupi idetitas yang disenangi dari orang-orang yang
berarti tanpa mengindahkan atau memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi
diri.
- Identitas
negative, asumsi yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan
masyarakat.
c.
Mekanisme
koping ego.
Mekanisme koping ego yang sering digunakan
adalah fantasi, disosiasi, isolasi social, pergeseran (displasment), peretakan
(splitting), berbalik marah terhadap diri sendiri, acuh.
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Stuart and Sundeen alih bahasa Achiryani ( 2002
: 5 ) mengatakan bahwa diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan masalah keperawatan Wien yang mencakup baik respon
sehat adaptif serta stressor yang menunjang.
Diagnosa Keperawatan
- Gangguan Harga Diri Rendah (Situasional, Kronik)
- Isolasi Sosial
- Berduka dispungsional 1. Perencanaan Keperawatana. Diagnosa: Gangguan harga diri rendahTujuan umum = klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.Tujuan khusus 1 :Klien dapat membina hubungan saling percayaKreteria evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan ekspresi wajah klien bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalahyang dihadapi.Intervensi :(1) Klien dapat membina hubungan saling percayaa. Sapa klien dengan ramah.b. Perkenalkan diri dengan sopan.c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.d. Jelaskan tujuan pertemuan.e, Jujur dan menempati janji.f. Tunjukkan sifat empati dang. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.Tujuan khusus 2 :Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya.Kreteria evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mengidentifikasi kemempuan aspek positif yang dimilikinya.Intervensi :(2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya.a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.b. Setiap bertemu klien hindarkan pemberian negative.c. Utamakan untuk memberikan ptjian yang realistis.Tujuan khusus 3 :Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.Kreteria evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.Intervensi :(3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.Tujuan khusus 4 :Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.Kreteria evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat membuat rencana kegiatan hariaan.Intervensi :(4) Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatansesuai dengan kemampuan yang dimiliki.a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan kloen.- Kegiatan mandiri- Kegiatan dengan bantuan sebagian- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransic. Beri contoh cara melaksanakan kegiatan yang boleh klienlakukan.Tujuan khusus 5 :Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.Kreteria evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.Intervensi :(5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dankemampuannyaa. Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah di rencanakan.b. Beri pujian atas keberhasilan klien.c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.Tujuan khusus 6 :Klien dapat memamfatkan system pendukung yang ada.Kreteria evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat memamfatkan system pendukung yang ada pada keluarga.Intervensi :(6) Klien dapat memamfatkan system pendukung yang ada.a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan haraga diri rendah.b. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan durumah
4. Pelaksanaan KeperawatanPelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan oleh perawat dengan mencatat pelaksanaan rencana keperawatan, menggunakan strategi pelaksanaan yang terdiri dari SPI, SP2, SP3, SP4, pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi.(Budi Anna Keliat, 2006 hal 16)Psikofarmaka:- Haloperidol 3 x 5 mg/hari- Trihexypenidyl 3 x 2 mg/hari- CPZ 3 x 1.000 mg/hariTahapan pelaksanaan terdiri dari :a) Persiapan terhadap keterampilan (peralatan, lingkungan pengetahuan yang diperlukan sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan dam peran serta yang diharapkan dari klien. (Budi Anna Keliat, 2006 hal 17).d) Pelaksanaan yang bersifat mandiri dan kolaborasiTindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa peran dokter, tindakannya mencakup: mengkaji klien, mencatat respon klien terhadap tindakan, melaporkan status klien kepadapetugas jaga berikutnya. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang berkerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien. Tindakan mencakup perencanaan pulang, membahas respon klien.c) DokumentasiTindakan keperawatan harus diikuti oleh perencanaan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.5. Evaluasi KeperawatanEvaluasi adalah catatan tentang indikasi kemajuan klien terhadap kemajuan yang dicapai, evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2002 hal 41) Proses evaluasi terdiri dari :a) Evaluasi formatif yang dapat menyatakan evaluasi dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.b) Evaluasi somatif merupakan rekapitulasi dari observasi dan analisa status pasien pada waktu tertentu.Adapun hasil akhir atau evaluasi yang diharapkan dari klien dengan halusinasisetelah dilakukan implementasi menurut (Achir Yani dkk, 2001)adalah sebagai berikut, klien dapat:a) Menjelaskan waktu dan tempat terjadinya halusinasi.b) Menyebutkan saat terjadinya halusinasi.c) Membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata.d) Memilih cara untuk mengatasi halusinasinya.e) Berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa curiga.f) Berespon sesuai dengan stimulasi dari luar dirinya dang) Pasien tidak mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku SAku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Isaacs, Ann. (2004). Pandangan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa
dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna “dkk”. (2000). Asuham Keperawatan Pada Klien Gangguan
Hubungan Sosial. Jakarta : FKUI
Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
Jakarta : EGC
Sunaryo, Drs, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta :
FGC
Susilawati. Skp.Mkes. (2003). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar