tahu sedikit

TAHU SEDIKIT

Laman

Selasa, 04 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah

       Pernahkah anda melihat seorang wanita cantik mengalami kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan mobil mewahnya, yang mengakibatkan wanita cantik tersebut mengalami luka pada wajahnya sehingga wajahnya rusak dan juga terjadi fraktur pada lengan kananya. Wanita cantik tersebut dirawat disuatu Rumah Sakit. Pada saat dibezub oleh sahabat-sahabat dekatnya wanita cantik tersebut tidak mau melihatkan wajahnya, sering menundukan kepala, tidak mau berkomunikasi  karena malu dengan keadaan yang dialaminya.
       Dari ilustrasi tersebut diatas wanita tersebut diatas mengalami masalah Harga Diri Rendah. Untuk lebih memahami tentang Harga Diri Rendah maka pada buku unit 3 ini akan membahas asuhan keperawatan Jiwa Gangguan mental Pskiatri Tentang : Harga Diri Rendah.

Buku unit 3 ini membahas tentang :

Pengertian, Psikodinamika terdiri dari : etiologi, proses, dan kompliksi. Rentang Respon, Asuhan Keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan. 

A. PENGERTIAN
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai dengan cara menganalisis seberapa banyak kesesuain tingkah laku dengan kesesuain ideal dirinya (susilawati Skp, M. Kes dkk hal 92).
Harga diri adalah : keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan atau diri (Carpeneto 2001)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri negative yang dapat dideskripsikan secara langsung maupun tidak langsung diekspersikan. ( marry. C. towsend 2000).
Harga diri rendah kronik adalah : keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negative mengenai diri atau kemampuan dalam waktu yang lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat.

Gangguan harga diri rendah bisa terjadi secara
1.    Situasional
     Adalah : terjadi trauma secara tiba-tiba seperti :
-          Harus operasi, kecelakaan.
-          Dicerai suami, putus sekolah         
-          Putus hubungan kerja, perasaan malu karena terjadi sesuatu.
Klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah adalah :
a.    Privacy yang kurang diperhatikan
Misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan alat yang tidak
    sopan.
b.    Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena di rawat.
c.    Perlakuan petugas yang tidak menghargai
         Misalnya : Pemeriksaan yang tidak ada penjelasan.

2. Kronik
 Tanda dan gejala yang dapat dikaji adalah :
1.      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
  1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
  2. Merendahkan martabat
  3. Gg hubungan sosial spt menarik diri
5. Percaya diri kurang sulit mengambil keputusan
6. Menciderai diri.
B. PSIKODINAMIKA
1.   Etiologi
Gangguan harga diri dapat di gambarkan sebagai perasaan yang negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan, merasa gagal mencapai keinginan.
Harga diri rendah kronik diakibatkan sering merasa gagal dalam men
Gadapi kehidupan dan berpandangan negative terhadap dirinya dimana koping klien tidak efektif sehingga klien mempunyai perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan rasa bersalah terhadap diri sendiri merendahkan martabat sehingga klien mengalami gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
Tanda dan gejala klien yang mengalami haraga diri rendah:
-          Perasaan malu terhadap diri sendiri.
-          Akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
-          Rasa bersalah terhadap diri sendiri
-          Merendahkan martabat
-          Gangguan  hubungan sosial seperti menarik diri
              -          Percaya diri kurang sulit mengambil keputusan 
2.  Proses Terjadinya
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situsional yaitu terjadi trauma secara tiba – tiba missal harus operasi, kecelakaan, dicederai suami atau istri putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi
( korban perkosaan, tuduhan KKN, dipenjara tiba – tiba ).dan apabila berlangsung lama akan menjadi kronik yaitu perasaan negative terhadap diri yang telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien memiliki cara berfikir yang negative. Terjadiny aharga diri rendah secara kronik pada klien yaitu pada masa dewasa akhir karena kehilangan pasangan yang dicintai secara traumatis dan kehilangan peran sebagai wanita ( stuart dan sundeen 2000)
1.  Komplikasi 
              Komplikasi yang biasa terjadi pada klien dengan gangguan harga diri rendah kronik yaitu isolasi social dan resiko gangguan Persepsi sensori : Halusinasi. Hal ini bisa terjadi karena klien dengan harga diri rendah cenderung untuk menyendiri, melamun mendengar suara bisikan-bisikan, malas melakukan kegiatan dan hanya ingin tidur. Klien dengan harga diri rendah selalu menganggap dirinya negative  dan merasa benci serta penolakan terhadap dirinya sendiri yang dapat mendorong klien untuk tidak berinteraksi dengan orang lain.  
         
      C. RENTANG RESPON
       Rentang respon konsep diri terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut adalah :
  1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dapat diterima.
  2. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negative.
  3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dri orang lain.
  4. Kerancuan identitas adalah kegagalan indifidu menginterprestasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial keperibadian pada masa dewasa yang harmonis.
  5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

D. ASUHAN KEPERAWATAN
               Dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap klien harga diri rendah kronik, seorang perawat hams mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal dan menerima serta mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat dirinya sebagai Therapeutik. Pemberian Asuhan Keperawatan terhadap klien dengan harga diri rendah kronik  perawat harus bersikap jujur, empati, tcrbuka, dan selalu memberi penghargaan, tetapi tidak boleh tenggelam, juga menyangkal halusinasi yang kita miliki. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.
1.     Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini perawat menggali faktor - faktor seperti factor Predisposisi dan faktor Prespitasi, Manifestasi perilaku dan Mekanisme koping.

a.  Faktor Predisposisi
Berbagai  factor  yang menunjang  terjadinya  perubahan  dalam
harga diri seseorang adalah sebagai berikut : 
1)     Faktor Perkembangan
Jika seseorang mengalami hambatan dengan tugas perkembangan dan hubungan interpersonal dengan orang lain terganggu, maka individu akan dihadapi dengan stress dan kecemasan pada dirinya.

2)   Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor yang ada dilingkungan dan dimasyarakat dapat menyebabkan orang merasa diasingkan atau disingkirkan, sehingga klien merasa kesepian dalam lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan yang ramai.
3)   Faktor Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ganggtian jiwa dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamine neurotransmiter yang diperkirakan menghasilkan gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan sehingga dapat menghasilkan zat halusinogen.
4)   Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan stress dan kecemasan, orang yang mengalami psikososial akan mengakibatan dan menghasilkan hubungan yang penuh dengan kecemasan tinggi. Peran ganda yang bertentangan dan sering
diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realita.
5)   Faktor Biologi
Dalam schizoprenia belum diketahui gen yang berpengaruh, tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.




b.  Faktor Presipitasi
   Stressor merupakan pencetus yang ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal adalah :
1)  Trauma seperti penganiayaan fisik dan psikologis atau penyiksaan kejadian yang mengancam kehidupan.
2)  Stress lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3)  Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai prustasi.
      Ada tiga Jenis transisi peran yaitu :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berhubungan denganpertumbuhan. Ini termasuk tahap perkembangandalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri. 
b.  Transisi peran situasi terjadi dengan pertambahan atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c.    Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit. Transisi ini mungkin di cetuskan :
-  Kehilangan anggota tubuh.
-  Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
-  Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
  normal.
-  Prosedur medis dan perawatan. 
c.  Manifestasi
    1)  Perilaku
Individu dengan harga diri rendah akan menunjukan prilaku seperti mengkritik diri sendiri dan orang lain, gangguan berhubungan dengan orang lain , menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah persepsi negative terhadap diri sendiri, serta kurang percaya diri.

a.   Prilaku yang berhubungan dengan hargadiri rendah adalah mengkritik diri sendiri, orang lain, penurunan aktifitas, destruktif Prilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas
b.  Tidak ada kode moral, sifat keperibadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploratif, perasaan hampa, perasaan yang diarahkan dengan oranglain.
mengambang tentang diri sendiri, menarik diri secara social, penyalahgunaan zat,  menarik diri dari realitas, kwatir.
c.   Prilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi adalah terganggunya, apektif, kognitif, prilaku, sumber-sumber koping.   
   2)  Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk mekanisme koping jangka pendek mekanisme koping jangka panjang dan mekanisme koping ego yang sering digunakan klien dengan harga diri rendah kronik.

a.    Mekanisme koping jangka pendek adalah :
-      Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas misalnya konser music, bekerja keras, menyanyi.
-       Aktifitas yang dapat memberikan identitas penggantian sementara, misalnya ikut dalam aktifitas social, agama, ikit club, politik.
-          Aktivitas yang sementara menguatkan perasaan diri, misalnya olah raga.
-          Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk
membuat masalah, identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan zat.
b.    Mekanesme koping jangka panjang adalah :
-     Penutupan identitas, terlalu menutupi idetitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan atau memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri.
-       Identitas negative, asumsi yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c.    Mekanisme koping ego.
Mekanisme koping ego yang sering digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi social, pergeseran (displasment), peretakan (splitting), berbalik marah terhadap diri sendiri, acuh.

2.   Diagnosa Keperawatan
                      Menurut Stuart and  Sundeen alih bahasa Achiryani  ( 2002  :  5  )                           mengatakan  bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah                     keperawatan  Wien yang mencakup baik respon sehat adaptif serta stressor yang               menunjang. 
         Diagnosa Keperawatan  
  • Gangguan Harga Diri Rendah  (Situasional, Kronik)
  • Isolasi Sosial 
  • Berduka dispungsional  
    1.     Perencanaan  Keperawatan
    a.     Diagnosa: Gangguan harga diri rendah 
    Tujuan umum = klien dapat berhubungan dengan orang  lain secara optimal.
    Tujuan khusus 1 : 
    Klien dapat membina hubungan saling percaya
    Kreteria evaluasi :
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan ekspresi wajah klien bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah
    yang dihadapi.
    Intervensi :
    (1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
    a.  Sapa klien dengan ramah.
    b.   Perkenalkan diri dengan sopan.
    c.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
    d.   Jelaskan tujuan pertemuan.
    e,   Jujur dan menempati janji.
    f.    Tunjukkan sifat empati dan
    g.  Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.
    Tujuan khusus 2 : 
    Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya.
    Kreteria evaluasi :
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mengidentifikasi kemempuan aspek positif yang dimilikinya.
    Intervensi :
    (2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya.
    a.  Diskusikan kemampuan  dan aspek positif yang dimiliki  klien.
    b.  Setiap bertemu klien hindarkan pemberian negative.
    c.  Utamakan untuk memberikan ptjian yang realistis.
    Tujuan khusus 3 : 
    Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.


     Kreteria evaluasi :
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
      Intervensi :
     (3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
    a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
    Tujuan khusus 4  : 
    Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
     Kreteria evaluasi :
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat membuat rencana kegiatan hariaan.
    Intervensi :
    (4)  Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan
          sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
    a.    Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan kloen.
    -  Kegiatan mandiri
    -  Kegiatan dengan bantuan sebagian
    -  Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
    b.   Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
    c.  Beri contoh cara melaksanakan kegiatan yang boleh klien
        lakukan.
    Tujuan khusus 5  : 
    Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
    Kreteria evaluasi :
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
      Intervensi :
    (5)  Klien dapat melakukan kegiatan  sesuai kondisi sakit dan
      kemampuannya
    a.      Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah di rencanakan.
    b.  Beri pujian atas keberhasilan klien.
    c.  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
    Tujuan khusus 6  : 
     Klien dapat memamfatkan system pendukung yang ada.

    Kreteria evaluasi :
     Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat memamfatkan system pendukung yang ada pada keluarga.
      Intervensi :
    (6)  Klien dapat memamfatkan system pendukung yang ada.
    a.  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan haraga diri rendah.
     b.  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan durumah

    4. Pelaksanaan Keperawatan
    Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan oleh perawat dengan mencatat pelaksanaan rencana keperawatan, menggunakan   strategi pelaksanaan yang terdiri dari SPI, SP2, SP3, SP4, pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi.
    (Budi Anna Keliat, 2006 hal 16)

     

    Psikofarmaka:
    -    Haloperidol        3 x 5 mg/hari
    -    Trihexypenidyl    3 x 2 mg/hari
    -   CPZ                   3 x 1.000 mg/hari
    Tahapan pelaksanaan terdiri dari :
    a)  Persiapan terhadap keterampilan (peralatan, lingkungan pengetahuan yang diperlukan sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan dam peran serta yang diharapkan dari klien. (Budi Anna Keliat, 2006 hal 17).
    d)  Pelaksanaan yang bersifat mandiri dan kolaborasi
    Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa peran dokter, tindakannya mencakup: mengkaji klien, mencatat respon klien terhadap tindakan, melaporkan status klien kepada
    petugas jaga berikutnya. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang berkerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien. Tindakan mencakup perencanaan pulang, membahas respon klien.
    c)  Dokumentasi
    Tindakan keperawatan harus diikuti oleh perencanaan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.




    5.  Evaluasi Keperawatan
    Evaluasi adalah catatan tentang indikasi kemajuan klien terhadap kemajuan yang dicapai, evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2002 hal 41) Proses evaluasi terdiri dari :
    a)    Evaluasi formatif yang dapat menyatakan evaluasi dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.
    b)     Evaluasi somatif merupakan rekapitulasi dari observasi dan analisa status pasien pada waktu tertentu.
    Adapun hasil akhir atau evaluasi yang diharapkan dari klien dengan halusinasi
    setelah dilakukan implementasi menurut (Achir Yani dkk, 2001)
    adalah sebagai berikut, klien dapat:
    a)     Menjelaskan waktu dan tempat terjadinya halusinasi.
    b)     Menyebutkan saat terjadinya halusinasi.
    c)     Membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata.
    d)     Memilih cara untuk mengatasi halusinasinya.
    e)     Berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa curiga.
    f)     Berespon sesuai dengan stimulasi dari luar dirinya  dan
    g)     Pasien tidak mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku SAku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Isaacs, Ann. (2004). Pandangan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna “dkk”. (2000). Asuham Keperawatan Pada Klien Gangguan Hubungan Sosial. Jakarta : FKUI

Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC

Sunaryo, Drs, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : FGC

Susilawati. Skp.Mkes. (2003). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar